
Ini dia dongeng keduaku:
Gelap dan sunyi. Sudah lama Momo ingin menikmati udara segar dan bermain bersama Randi. Tapi, hari itu tak kunjung tiba. Momo masih terus mendekam di tempat yang penuh debu, yang bernama gudang.
Tapi suatu ketika, mata Momo membelalak tatkala pintu gudang terbuka. Ada seseorang yang mengangkatnya dan membawanya keluar. Momo kenal sosok itu. Dia adalah ayah Randi. Momo senang bukan main. Pasti Randi sebentar lagi akan naik di badannya, kemudian membawanya berputar-putar keliling komplek seperti dulu.
“Selamat bersenang-senang,” ucap semua penghuni gudang.
Momo tersenyum senang. Tapi, alangkah terkejutnya Momo ketika ia diberikan kepada seorang Pak Tua. Sontak senyum Momo hilang. Ia kecewa karena dirinya harus berpindah tangan. Ada apa ini? Apa Randi dan keluarganya tak lagi sayang padanya?
**
“Hai… namaku Riyu-Riyu,” sapa mobil warna merah jambu ramah.
“Namaku Momo,” jawab Momo sedih.
Momo memandangi dirinya yang kini berada di atas kereta dengan tiga mobil mainan lainnya. Hanya Riyu-Riyu yang tampak ramah, sedang yang lainnya cuek.
“Harusnya aku yang berada di depan, bukan dia,” bisik Mobil Biru.
“Iya. Seharusnya kita yang ada di depan, bukan Riyu-Riyu dan mobil baru itu,” kata Mobil Hitam.
Pak Tua datang. Lalu Pak Tua mendorong kereta odong-odongnya menuju jalanan. Riyu-Riyu dan mobil lainnya bergembira. Sedangkan Momo hanya diam karena tak mengerti.
“Kita akan ke lokasi wisata. Nanti kita akan bertemu anak-anak di sana. Pasti kamu akan suka,” seru Riyu-Riyu.
“Benarkah?” ucap Momo tak percaya.
Momo, Riyu-Riyu dan lainnya terus melaju bersama Pak Tua. Mereka melewati rumah-rumah warga yang hampir semuanya memajang kerajinan kulit. Kemudian mereka melintasi jalan raya Kludan Tanggulangin dan masuk area Perumahan Permata Sidoarjo Regency. Mereka berhenti di kawasan Permata Water Park. Ternyata ada banyak macam permainan anak-anak balita di sana. Ada kereta kelici, ada komidi putar mini, ada kolam bola, ada kolam pemancingan berisi ikan mainan, dan lain-lain.
Di tempat itu ada warung-warung makanan berjejer rapi. Penjual mainan dan aksesoris pun ada. Tempat yang benar-benar menyenangkan, batin Momo. Tapi, di dalam hatinya ia masih merindukan Randi.
“Randi?” ucap Momo. Ia melihat rombongan orang dewasa yang menggendong anak-anak kecil yang baru turun dari bus mini.
Momo terus mencari sosok Randi, tapi tak ada.
“Mereka itu mau berenang di Permata Water Park,” kata Riyu-Riyu memberitahu.
Momo mengangguk, kemudian ia mengedarkan pendangannya ke arah lain.
“Lihat! Ada banyak bus besar di sana,” seru Momo.
“Iya. Para penumpang bus-bus itu dari luar kota, bahkan kadang dari luar Jawa. Biasanya, mereka akan memborong aneka kerajinan kulit. Seperti tas, sepatu, koper, jaket, dan lain-lain. Buatan para pengrajin Sidoarjo bagus-bagus, lho. Murah lagi,” kata Riyu-Riyu.
Momo manggut-manggut.
“Tempat wisata kerajinan kulit Tanggulangin Sidoarjo ini sangat terkenal. Salah satunya toko besar itu,” seru Riyu-Riyu menunjuk sebuah bangunan megah yang tak jauh dari mereka.
“Oh iya, aku pernah dengar. Bunda Randi sering membeli tas di sana,” ucap Momo.
**
Waktu terus berlalu, namun belum ada pengunjung yang menggunakan jasa odong-odong Pak Tua.
“Kasihan Pak Tua,” ucap Riyu-Riyu.
“Semuanya gara-gara dia,” tunjuk Mobil Hitam ke Momo.
“Coba kalau aku yang berada di depan, pasti akan banyak pengunjung yang tertarik,” timpal Mobil Biru.
Merasa disalahkan seperti itu, Momo jadi sedih sekali. Tapi… Hey… tiba-tiba badannya terasa berat. Seorang anak kecil sudah diatasnya. Kini badan Momo dan lainnya bergerak maju mundur diiringi lagu anak-anak. Rupanya Pak Tua sedang menggowes kereta odong-odongnya. Lama-kelamaan kereta odong-odong Pak Tua terisi penuh.
“Oh… tidaaak…,” Momo menjerit.
Riyu-Riyu kaget. Sedangkan Mobil Hitam dan Mobil Biru tertawa terpingkal-pingkal melihat Momo. Badan Momo basah. Anak kecil itu pipis di badan Momo.
“Tak apa, Momo. Nanti akan dilap Pak Tua,” hibur Riyu-Riyu.
Momo mendengus kesal. Ia jadi ingin pulang ke rumah Randi. Tapi mana mungkin? Ia pun menunduk sedih. Tiba-tiba terdengar suara klakson motor. Suara motor itu tak asing bagi Momo. Itu suara motor milik ayah Randi. Momo segera mendongakkan kepalanya. Benar. Ada ayah Randi bersama anak laki-laki. Mereka menemui Pak Tua. Lalu Pak Tua mengajak mereka melihat Momo. Anak laki-laki itu mengelus-elus Momo sambil tersenyum. Momo kenal senyum itu. Senyum itu milik Randi.
“Wah… rupanya Randi sudah besar,” gumam Momo.
“Siapa dia?” tanya Riyu-Riyu.
“Dia dulu kawan bermainku ketika ia masih kecil. Ternyata, karena inilah dia tak memakaiku lagi,” kata Momo.
Kini, Momo tak menyesal lagi kenapa harus bersama Pak Tua. Ia lalu berjanji akan selalu tersenyum menyambut anak-anak yang naik kereta odong-odong Pak Tua. Selesai.
*Lokasi cerita benar-benar ada. Dari Permata water Park sampai lokasi wisata kerajinan kulitnya. Dikirim 17 Oktober 2014 dan dimuat tanggal 28 Mei 2015.